Beranda

Thursday, June 7, 2012

Saat Pembuktian Cinta; In Memeoriam KH. Muhammad Abubakar

Saat Pembuktian Cinta
(Catatan Umarulfaruq Abubakar, dalam buku: Ada Cinta di Mata Aba, In Memeoriam KH. Muhammad Abubakar)

Lumayan lama episode kehidupan ini berjalan. Pergantian pikiran dan perasaan berlalu tambal sulam di sana sini, saling mengganti, saling melengkapi. Rasa-rasanya, dalam bentang rol kehidupan itu, potongan waktu ketika sakit adalah saat-saat yang selalu terkenang-kenang dan tidak mudah terlupakan dalam hidup saya.

Detik-detik ketika sakit adalah detak yang berharga bagi si sakit dan keluarganya. Walaupun diam, mereka tetap memperhatikan dan merekam dengan baik siapa yang memberi perhatian kepada dia yang tergeletak tak berdaya di ranjang itu. Sebab saat itu adalah saat pembuktian cinta dan ketulusan. Semangat yang mendorong untuk datang dan merawat ketika itu adalah semangat pemberian dan kasih sayang. Sebab tak ada pamrih yang bisa didapatkan dari si sakit itu. Ketulusan yang diberikan waktu itu akan membekas dan sangat berpengaruh.

Ketika suka, banyak nian kawan yang datang. Berkerumun. Bahkan mengaku-ngaku punya hubungan dekat. Ketika duka, sekian banyak jumlah tadi menjadi berkurang, seperti tak pernah kenal sebelumnya. Yang berdiri untuk tetap teguh di sisi ialah yang punya cinta dan ketulusan berlebih pula.

Masa tiga tahun Aba saya terbaring sakit adalah masa cukup lama bagi kami keluarga untuk mengenal kasih sayang dan ketulusan sesungguhnya.

Beberapa waktu yang lalu saya sempat kurang enak badan selama beberapa hari. Sakit kepala, demam dan batuk. Sebuah rasa sakit yang lumayan mentidakbisakan saya melakukan apa apa. Ketika itu saya jadi tau apa yang Insya Allah bisa saya lakukan ketika ada kawan yang sakit. Sebab saya sendiri saat itu sangat membutuhkan sentuhan.

Ada beberapa keinginan saya yang saya ingin teman-teman lakukan sebagai bentuk perhatian kepada kawan yang lagi sengsara. Sebagian saya dapatkan, sebagian lagi tidak. Dan saya justru mendapatkan perhatian itu dari kawan-kawan dekat yang saya tau pernah juga sakit seperti ini.

Ketika nanti ada kawan yang sakit, maka yang perlu saya lakukan adalah:

Pertama, memberinya perhatian dengan sikap dan kata-kata; dengan membesarkan hatinya, misalnya, menanyakan kondisinya, menyentuh dahi dan kakinya, dan mendoakannya. Paling tidak menunjukkan bahwa kita tahu kalau dia sedang sakit.

Kedua, menyiapkan makanan untuknya, atau membawakan makanan kesukaannya. Tanya dia mau makan apa, lalu segera belikan atau buatkan. Atau langsung saja belikan makanan yang paling ia sukai (terutama yang bergizi). Sebab orang sakit kehilangan nafsu makan padahal ia perlu asupan gizi yang besar.

Ketiga, kalau perlu pijit dia dengan ringan, temani mengobrol walau sejenak, semangati untuk cepat sembuh, belikan obat dan bila perlu bawa ia ke dokter. Temani dan temani dia. Sampaikan do’a untuk orang sakit.

Saat kelas dua Mts. dulu (sekitar tahun 1998) saya dirawat di rumah sakit karena penyakit maag. Ketika itu banyak teman-teman yang datang berkunjung, sambil membawa buah dan berbagai macam makanan. Dan tahukan engkau kawan, saya tidak akan pernah lupa dengan wajah-wajah yang datang untuk menjenguk, lebih-lebih yang menemani saya ketika itu. Apalagi seorang kawan yang sempat membawa salah satu minuman kesukaan saya. Hingga kini, setelah hampir 12 tahun berlalu, masih saja ingatan akan memori yang satu itu hadir di hadapan.

Nabi Muhammad sejak dulu menyatakan bahwa salah satu kewajiban seorang mukmin kepada saudaranya adalah menjenguknya di waktu ia sakit. Ketika kecil dulu, bapak saya pernah bilang: saat paling tepat untuk dekat dengan seseorang adalah ketika ia sakit. Sebab saat itu ia benar-benar butuh perhatian. Dan ia tidak akan pernah lupa dengan orang yang memberi kepadanya saat ia benar-benar membutuhkannya. Itulah saat menyampaikan ketulusan dan kasih sayang. Saat duka, itulah saat pembuktian cinta.

0 comments:

Post a Comment