Beranda

Thursday, June 7, 2012

Dengan Sepenuh Hati; In Memeoriam KH. Muhammad Abubakar

Dengan Sepenuh Hati
(Catatan Umarulfaruq Abubakar, dalam buku: Ada Cinta di Mata Aba, In Memeoriam KH. Muhammad Abubakar)

Saya rasakan memang berbeda. Sesuatu yang dikerjakan dengan sepenuh hati akan lebih bisa dinikmati. Hasilnya pun bisa penuh, tidak setengah-setengah. Hati lebih nikmat dan puas, waktu lebih produktif, pikiran lebih fokus, dengan hasil yang juga memuaskan.
Dalam pepatah arab dikatakakan “Idzâ kunta fî amrin fakun fîhi muhsinan, ammâ qalîlin anta mâdhin watârikuhu...” Bila engkau berada dalam sebuah pekerjaan, maka laksanakanlah dengan sebaik-sebaiknya. Sebab tidak lama setelah itu engkau akan meninggalkan pekerjaan tersebut..

Aba saya sering menasehatkan hal ini kepada saya…..

Hingga saat ini, saya masih terus belajar dan mencoba untuk sepenuh hati kapan dan dimana saja. Saat berjalan, berjalan dengan sepenuh hati. Nikmati perjalanan itu. Sadarkan diri bahwa saya memang sedang berjalan. Fokus pikiran bahwa saya dalam perjalanan. Sebab ada orang yang tidak menikmati saat dia berjalan. Dia baru sadar ketika telah tiba di rumah “Oh ternyata saya sudah berjalan jauh”…

Ketika makan, makan dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati. Ketika minum, minum dengan sepenuh hati. Ketika menulis, menulis dengan sepenuh hati. Ketika membaca, membacalah dengan sepenuh hati. Ketika belajar, belajar dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati. Ketika bermain, bermain dengan sepenuh hati, tidak main-main. Ketika wudhu, wudhu dengan sepenuh hati. Ketika sujud di hadapan Allah, benar-benar sujud dengan sepenuh hati..

Oh..alangkah nikmatnya..

Sepenuh hati tidak berarti tidak lagi memikirkan yang lain. Sepenuh hati tidak berarti terlalu serius dan tegang. Sepenuh hati tidak lantas membuat diri menjadi kaku. Sepenuh hati tidak kemudian membuat lalai dengan keadaan dan cuek dengan orang yang di sekitar. Sepenuh hati adalah mengetahui, merasakan, menyadari dan melakukan dengan sepenuh perasaan dan pikiran apa yang sedang dihadapi saat ini.

Mengapa perlu sepenuh hati? Sebab nilai waktu terlalu mahal untuk dibiarkan berlalu dengan asal-asalan. Sebab ketika waktu itu telah berlalu, maka dia akan pergi dengan segenap catatan hasil pekerjaan yang kita lakukan saat itu. Dan tidak lama setelah itu, kita pasti akan beralih kepada pekerjaan selanjutnya dan aktifitas berikutnya. Yang tadi sudah dilakukan akan pasti ditinggalkan dan bergabung ke masa lampau.

Saya merasakan, kesepenuhan hati ini salah satunya bisa diraih dengan membuat rencana kegiatan. Sebab keinginan lebih sering menang dibanding kepentingan. Artinya, kalau sudah ingin, hal-hal yang pentingpun menjadi ternomorduakan. Tanpa rencana, hati biasanya tak tenang. Sebab banyak pikiran kegiatan yang menyerbu otak pikiran meminta untuk dilaksanakan. Padahal setiap kegiatan itu ada waktunya. Saya yakin kegiatan apa saja akan bisa lakukan apabila kita mau meluangkan waktu untuknya. Disinilah perlu perencanaan itu.

Dengan sepenuh hati, hasil waktu menjadi lebih nyata, hidup lebih ada rasanya, nikmat menjadi berganda, hati merasa plong dan puas ketika berpindah ke aktifitas selanjutnya.

Dalam istilah Aba:
“Kalau belajar, belajar sungguh-sungguh, jangan main-main. Kalau makan, makan yang sungguh-sungguh, jangan main-main. Kalau bekerja, bekerja sungguh-sungguh, jangan main-main. Kalau bermain, bermain sungguh-sungguh, jangan main-main!”

0 comments:

Post a Comment