Beranda

Friday, May 4, 2012

Tembang Andalan; In Memeoriam KH. Muhammad Abubakar

Tembang Andalan
(Catatan Umarulfaruq Abubakar, dalam buku: Ada Cinta di Mata Aba, In Memeoriam KH. Muhammad Abubakar)


Lagu memang mempunyai banyak pengaruh bagi pendengarnya. Ia bisa memberikan semangat, namun bisa juga mengeruhkan jiwa. Mendengar lagu-lagu penuh rayuan cinta antara laki-laki dan perempuan dalam hubungan yang tak halal hanya semakin menambah kusutnya hati dan meningkatkan kelalain pikiran. Berbagai ingatan dan hayalan menari-nari di benak. Rusak hati ini dibuatnya. Inilah alasannya mengapa para ulama mengharamkan musik. Sebab ia sangat berkontribusi yang mengacaukan suasana qalbu.

Berbeda dengan lagu yang menambah semangat, berisi pujian-pujian kepada Rasulullah, atau menyuruh orang untuk berbuat kebaikan. Lagu semacam ini biasanya dapat menggelorakan jiwa, dan menggerakkan orang yang mendengarnya untuk tidak bermalas-malasan dan segera berbuat.

Dalam Novel Maryamah Karpov, buku keempat dari Tetralogi Laskar Pelangi, dikisahkan bahwa lagu itu biasanya bisa menampakkan apa yang sedang dirasakan oleh orang yang menyanyikannya. Bang Zaitun menjadi gambaran seorang yang telah menjadikan lagu sebagai bagian dari hidupnya.

Pada kondisi tertentu tiba-tiba seseorang menjadi sangat suka dengan sebuah sya'ir lagu karena bisa menggambarkan perasaannya, atau mengungkapkan visi misi dan keyakinan di lubuk hatinya ke dalam kata-kata.

Bagi yang memiliki masalah dengan jantung koroner, mendengarkan lagu-lagu sendu dengan tempo lambat dianggap sebagai salah satu solusi yang baik untuk dicoba. Pasien rumah sakit dengan penyakit jantung koroner berhasil menekan rata-rata detak jantung, pernafasan serta tekanan darah mereka, hanya dengan mendengarkan musik semacam itu.

Demikian pula bagi pemain bola atau basket atau orang-orang yang hendak bekerja keras, saya pernah mendengar biasanya sebelum itu mereka memutar lagu-lagu berisi semangat. Hal itu tujuannya untuk mengkondisikan hati agar bisa lebih teguh dan bersemangat dalam menghadapi apa yang akan dijalani nanti.

Dalam kisah perjuangan rakyat Palestina, ada seorang munsyid dari Suriah yang mampu menggelorakan perjuangan. Dengan nasyidnya ia mampu membangkitkan semangat perjuangan di kalangan laskar pejuang. Ia pun menjadi incaran tentara Israel sehingga ia harus bersembunyi dari satu kamp ke kamp lainnya. Lebih dari 100 nasyid yang ia ciptakan menjadi lagu-lagu yang sangat akrab dengan kelompok-kelompok pejuang. Di usianya yang telah renta, ia kini berdiam diri di Kairo-Mesir. Namanya Abu Mazen.

Terkait soal lagu ini, seingat saya Aba punya lagu andalan yang selalu Aba nyanyikan ketika di depan kelas, ketika diminta untuk menyanyi, dan suka Aba ajarkan kepada murid-muridnya. Dengan suaranya yang sulit sekali untuk dibilang merdu, Aba nyanyikan untaian bait-bait itu dengan penuh pede. Tidak peduli yang mendengarkan suka atau tidak. Yang jelas rata-rata orang yang mendengarkan dan menyaksikan Aba menyanyi akan tersenyum.

Saya masih ingat lagu itu saking sering sekali saya mendengarnya. Sambil menulis, saya coba menyanyikan kembali lagu legendaris yang tak terlupa itu:

tahyal madaaris tahyal madaris
tahyal madaarisul islamiyah
ilal abadil
abidin
amiiin.

Hiduplah sekolah, hiduplah sekolah
Hiduplah sekolah-sekolah Islam
sampai selama-selamanya
semoga..


Dari pilihan lagu ini saya bisa melihat sejauh mana kecintaan Aba terhadap pendidikan keislaman. Kecintaan ini yang membawa Aba menikmati kehidupan pesantren dan berusaha untuk memberikan kontribusi dalam perkembangan pendidikan. Aba juga suka dengan lagu

bithahal musyaffa'i khairil wara
lanassabqu wal haqqu annafkhara

………..
yang berisi kecintaan dan kebanggaan kepada Rasulullah dan ahli baitnya.

Itu Aba. Kalau saya beda. Dari dulu saya susah sekali untuk diajak bernyanyi. Sampai sekarang saya belum menemukan satu lagu yang bisa disebut andalan atau menjadi kesukaan. Namun rasanya saya mewarisi satu yang sama. Yaitu, suara bariton yang sama sekali tidak merdu itu.

0 comments:

Post a Comment