Ada Cinta di Mata Aba
(Catatan Hamzatussyahid Abubakar, dalam buku: Ada Cinta di Mata Aba, In Memeoriam KH. Muhammad Abubakar)
Sebenarnya bukan soal luka itu. Kalau bekerja kebun, kulit luka kena parang, pacul atau linggis itu biasa. Tidak ada yang istimewa. Namun luka di hari itu menjadi luka yang tak terlupa karena diiringi oleh sebuah kejadian yang luar biasa. Hari itu tampak sangat jelas ada cinta di mata Aba. Aba kelihatan khawatir, langsung menyuruh kami berhenti bekerja untuk mengobati luka saya yang tidak seberapa.
Sentuhan cinta itu dari Umi dan Aba sesungguhnya setiap hari selalu saya rasakan. Bagaimana bentuk perasaannya sungguh sulit saya ungkapkan. Saya merasa sangat disayangi dan dikasihi oleh mereka berdua. Dalam perintah-perintah mereka, dalam larangan mereka, ada gambaran rasa kasih sayang itu. Sungguh ini sebuah karunia yang luar biasa sepanjang hidup saya. Seandainya karunia ini diketahui oleh raja-raja, oleh orang-orang kaya sedunia, oleh pejabat-pejabat tinggi negara, oleh mereka yang hanya memiliki materi saja namun tak pernah merasakan bahagia di hatinya, pasti mereka akan membelinya. Tapi maaf, saya tidak pernah berniat menjualnya.
Sudah terlalu banyak saya merasakan kasih sayang ini. Maka saya pun bertekad di dalam hati untuk tidak akan pernah jauh dari mereka. Saya bertekad untuk selalu menjaga keduanya, memuliakannya, dan merawat mereka berdua dengan sebaik-baiknya. Kalau saya mau membangun rumah untuk keluarga, saya tak akan jauh dari beliau berdua, agar saya bisa lebih sering mengunjungi mereka.
Hal ini sudah sejak lama pernah saya ungkapkan kepada Aba dan Umi. Saya bahagia melihat mereka bahagia mendengarkan keinginan saya itu. Namun ternyata sebelum saya mampu berbuat lebih banyak, Aba telah lebih dulu meninggalkan kami semua. Di Mesjid Alkhairaat, saya menjadi imam saat menyalatkan Aba tercinta. Sebab tinggal saya seorang anak laki-lakinya yang tersisa. Tiga kakak saya sedang menempuh tugas mulia berjuang di jalan Allah belajar ilmu agama. Saya selalu berdoa, semoga Umi dan Yaya, serta kakak-kakak saya selalu baik-baik saja. Begitu juga Aba, semoga Allah merahmatinya. Aba dan Umi telah mengajarkan banyak hal yang berarti bagi kami semua.
Maafkan saya, tuan, saya tidak kuasa lagi melanjutkan tulisan ini. Ada mendung yang tertahan di kelopak mata ini bila mengingat-ingat kenangan bersama Aba. Saya hanya bisa berdoa dan terus berdoa untuknya. Semoga Allah memberimu Aba, tempat terbaik di sisiNya.
0 comments:
Post a Comment