Beranda

Friday, May 4, 2012

Razia Empat Senti; In Memeoriam KH. Muhammad Abubakar

Razia Empat Senti
(Catatan Luqmanul Hakim Abubakar, dalam buku: Ada Cinta di Mata Aba, In Memeoriam KH. Muhammad Abubakar)


Aba sangat membenci rambut gondrong laki-laki. Alasan utamanya karena masalah kerapian dan rambut gondrong sekilas menyerupai perempuan. Santri di Alkhairaat Tilamuta mau tidak mau ikut terkena imbas ketidaksukaan ini. Salah satu peraturan yang selalu diawasi ketat olehnya adalah masalah rambut. Santri putra hanya dibenarkan memiliki rambut paling panjang empat senti meter. Lebih dari itu tidak akan selamat dari pemangkasan massal. Seringkali Ia melakukan operasi pemerikasaan rambut tanpa terduga. Biasanya ketika apel pagi atau di mana saja ia melihatnya. Tanpa ragu, Ia akan memangkas dengan segera.

Sebagian besar santri putra tahu dan pernah merasakan razia empat senti meter ini. Tapi sebagian besar tidak kapok dan terkena razia lagi. Seiring berjalannya waktu, santri semakin pandai menyembunyikan rambut panjang mereka. Ada banyak trik yang biasa mereka lakukan. Dari meminyaknya dengan minyak rambut kental, hingga melipat sedemikian rupa dan menahannya dengan kopiah. Toh di akhir tetap saja ketahuan. Sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga.

Bukan hanya Aba, tapi umumnya orang-orang tua di Gorontalo tidak menyukai rambut gondrong. Entah bagaimana mulanya, orang-orang tua itu menyamakan laki-laki berambut gondrong dengan preman, gelandangan atau anak-anak nakal. Konon, dahulu, di masa pemerintahannya, Presiden Soekarno juga pernah mencanangkan operasi rambut gondrong. “Apabila ada pemuda yang berambut gondrong, saya perintahkan agar mereka diplontos,” tegas Bung Karno. Para pemuda yang tertangkap operasi akan digunting rambutnya oleh aparat keamanan pada saat itu juga. Dan potongan rambut ala aparat keamanan tentu berbeda dengan potongan tukang cukur. Tidak rata dan berlubang-lubang, persis seperti orang yang baru sembuh dari sakit koreng.

Jika untuk para santri panjang rambut empat sentimeter, maka bagi kami anak-anaknya, gaya rambut plontos dengan kuncir tipis di bagian depan. Hingga tamat Sekolah Dasar Negeri I Pentadu Timur, potongan rambut kami sama seperti gaya rambut Ronaldo Luiz Nazario Da Lima, striker kesebelasan Brazil yang pernah dua kali “hat trick” di Piala Dunia, pemain terbaik sepakbola FIFA, Eropa dan Dunia. Bagian belakang dicukur habis, tapi bagian depan disisakan rambut setengah kepalan tangan. Konyol dan tidak tampan sama sekali. Sekilas tampak seperti sebuah pulau kecil di bagian depan kepala.

Rambut anak yang dicukur sebagian dan dibiarkan sebagian dalam fiqih Islam di masa-masa awal sempat dipertentangkan. Sebagian ulama memakruhkannya, tapi mayoritas membolehkan. Yang memakruhkan bersandar pada hadits Bukhari Muslim dari Nafi’, dari Ibnu Umar yang melarang qaza’. Nafi’ menafsirkan qaza’ dengan mencukur sebagian rambut dan membiarkan sebagian sisanya. Yang membolehkan berpendapat bahwa bentuk potongan rambut tidak terkait langsung dengan agama. Dan mayoritas ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan qaza’ adalah mencukur di beberapa tempat berbeda sehingga menjadi berlubang-lubang. Dan bahwa Rasul hanya melarang di beberapa waktu tertentu karena alasan-alasan tertentu. Wallahu A’lam.

Entah apa sebab pastinya, potongan rambut ini tetap Aba pertahankan untuk anak-anaknya selama sekolah dasar, termasuk untuk keponakan-keponakan yang tinggal bersamanya. Sama sekali tidak bergaya. Tapi mungkin itu salah satu alasan logisnya. Agar kami tidak sibuk bergaya, menata rambut sedemikian rupa seperti anak-anak zaman sekarang dan melupakan tugas utama, belajar. Aba sendiri ketika ditanya, hanya akan tersenyum, berdoa sambil mengelus-elus “pulau kecil” di kepala kami, dan berkata; “Agar kepala kalian ringan menerima pelajaran.”

Gaya rambut plontos setengah ala Ronaldo memang sangat populer di sekitar tahun 2002. Itu dimulai sejak Ronaldo menjadi sorotan media massa karena kemampuannya yang luar biasa dalam mengocek si kulit bundar. Ronaldo mengantarkan Brazil menjadi juara sepak bola di ajang piala dunia untuk yang ke lima kalinya tahun 2002 di Jepang-Korsel, sekaligus menjadi Top Score dengan koleksi delapan goal selama kompetisi. Dua diantara gol spektakulernya bahkan dicetaknya pada partai final melawan Jerman. Gaya rambut itu kemudian menjadi trend dan diikuti oleh banyak fans dan pecinta sepak bola di seluruh dunia. Saya tidak yakin siapa sebenarnya yang ikut-ikutan. Sebab sejak 1990 kami telah mengenal gaya rambut ini, jauh sebelum Ronaldo menjadi pemain terbaik dunia.

Kairo, senja, 3 Mei 2010

2 comments: